Kenaikan harga BBM memang secara otomatis mendorong terjadinya peningkatan harga. Bukan hanya kebutuhan pokok, melainkan juga biaya transportasi, pendidikan, kesehatan, dll dipastikan ikut naik. Kondisi seperti ini dibenarkan Financial Planner Mike Rini Sutijno. Menurut dia, kondisi keuangan keluarga saat ini harus dikaji ulang. Jumlah uang yang masuk tidak meningkat, sedangkan jumlah uang yang keluar meningkat. Kaji ulang keuangan rumah tangga bertujuan agar antara pendapatan dan pengeluaran pas. Tidak kurang tidak lebih dan tidak jadi pengutang.
- Mana biaya yang tidak dapat dihentikan (harus tetap ada) adalah biaya sandang, pangan dan papan. Agar pengeluaran ini tidak berdampak defisit pada biaya lain, pengeluaran pos pangan dapat dilakukan dengan memilih bahan makanan yang dikonsumsi. Contoh, bila sebelumnya mengonsumsi beras mahal, kini dapat memilih beras kelas dua. Begitu juga dengan untuk kebutuhan kalori, daging sapi dapat diganti dengan daging ayam atau ganti dengan tahu, tempe, ikan.
- Mana biaya yang dapat dikurangi. contohnya mensiasati cara pengolahan makanan,biasanya digoreng dapat diganti dengan cara dikukus/dibakar. Untuk anak-anak dan orang tua yang bekerja membawa makanan/bekal dari rumah. menjadwal semua pekerjaan rumah tangga, misalnya tidak harus setiap ada piring atau baju kotor dicuci. Pekerjaan dapat dilakukan sekaligus sehingga air, listrik, tenaga dan waktu dapat dihemat.
- Mana biaya yang dapat dihilangkan adalah biaya-biaya yang mengarah pada gaya hidup konsumtif. Biaya-biaya seperti ini dikeluarkan hanya karena habbit (kebiasaan). Contoh, makan diluar adalah kebiasaan, sekedar nongkrong-nongkrong. kalau tidak dilakukan pun tidak akan menurunkan kualitas hidup.
Inti dari semua ini, landasannya adalah pola pikir (mindset). Pola pikir yang berubah dapat membawa perubahan. Sebaliknya pola pikir yang stagnan (stuck) tidak akan membawa perubahan.
Sumber ringkasan Harian Pikiran Rakyat, Minggu, 1 April 2012
betuul buu, hemat tanpa ngurangi rasa aman nyaman dan tentram loh jinawi
ReplyDelete