Jakarta, Penggunaan bohlam lampu pijar konvensional
saat ini sudah banyak digantikan oleh lampu hemat energi. Selain
menghabiskan daya listrik yang lebih rendah, lampu ini juga lebih terang
memancarkan cahaya. Namun, para peneliti menemukan bahwa lampu hemat
energi memancarkan radiasi Ultraviolet (UV) yang berbahaya.
Dalam istilah industri dan kelistrikan, lampu hemat energi disebut juga compact fluorescent light bulbs (CFL). Sekelompok ilmuwan dari Stony Brook’s Advanced Energy Research and Technology Center (AERTC) dan New York State Stem Cell Science (NYSTEM) telah membuktikan bahwa CFL memancarkan sinar ultraviolet (UV) yang dapat membahayakan sel-sel kulit manusia.
Pertama-tama, para peneliti membeli CFL dari toko yang berbeda di 2 distrik yang berbeda. Sinar UV yang dipancarkan oleh kedua lampu kemudian diukur dan dibandingkan. Sinar tampak menembus celah-celah kecil di lapisan fosfor putih pada bagian dalam kaca bohlam CFL. Partikel-partikel fosfor bersinar sebagai akibat dari reaksi elektrokimia dalam bohlam.
Para ilmuwan kemudian mencatat bahwa celah fosfor tersebut ditemukan pada semua CFL yang diteliti. Mereka juga menemukan adanya UV yang dipancarkan dari lampu dalam tingkat yang signifikan. Sebuah jaringan sel kulit manusia kemudian dipaparkan pada CFL dan lampu pijar konvensonal dengan kecerahan yang sama.
Selain itu, ditambahkan pula nanopartikel titanium dioksida (TiO2) pada beberapa sel kulit. Bahan kimia ini umum digunakan dalam lotion tabir surya untuk menyerap sinar UV.
"Penelitian kami menunjukkan bahwa respon sel kulit sehat terhadap UV yang dipancarkan dari lampu CFL sama seperti kerusakan akibat radiasi sinar ultraviolet. Kerusakan sel kulit semakin meningkat ketika dosis rendah nanopartikel TiO2 diberikan ke sel-sel kulit sebelum terkena UV," kata peneliti, Miriam Rafailovich seperti dilansir Examiner.com, Minggu (22/7/2012).
Para peneliti juga menemukan bahwa cahaya lampu pijar konvensional dengan intensitas yang sama tidak akan merusak sel-sel kulit yang sehat, baik dengan atau tanpa adanya TiO2. Lampu pijar tersebut tidak memancarkan radiasi UV dalam jumlah yang signifikan.
Sebelumnya, sebuah penelitian yang dilakukan Komisi Eropa bernama Scientific Committee on Emerging and Newly Identified Health Risks (SCENIHR) di tahun 2008 telah menemukan bahwa CFL memancarkan radiasi UV. Temuan Eropa ini merekomendasikan bahwa paparan untuk jangka waktu yang lama pada jarak pendek, yaitu kurang dari 20 cm, sebaiknya ditetapkan sebagai batas aman untuk melindungi kulit dan kerusakan retina.
Laporan SCENHIR menyimpulkan bahwa memasang selubung kaca ekstra di sekitar lampu CFL dampak menghilangkan risiko paparan sinar UV. Pendapat ini juga disetujui oleh para ilmuwan dari AERTC.
"Meskipun sangat menghemat energi, konsumen harus berhati-hati saat menggunakan CFL. Penelitian kami menunjukkan bahwa pencegahan terbaik adalah menghindari penggunaannya pada jarak dekat dan lebih aman lagi bila dipasangi kaca penutup tambahan," pungkas Rafailovich.
Dalam istilah industri dan kelistrikan, lampu hemat energi disebut juga compact fluorescent light bulbs (CFL). Sekelompok ilmuwan dari Stony Brook’s Advanced Energy Research and Technology Center (AERTC) dan New York State Stem Cell Science (NYSTEM) telah membuktikan bahwa CFL memancarkan sinar ultraviolet (UV) yang dapat membahayakan sel-sel kulit manusia.
Pertama-tama, para peneliti membeli CFL dari toko yang berbeda di 2 distrik yang berbeda. Sinar UV yang dipancarkan oleh kedua lampu kemudian diukur dan dibandingkan. Sinar tampak menembus celah-celah kecil di lapisan fosfor putih pada bagian dalam kaca bohlam CFL. Partikel-partikel fosfor bersinar sebagai akibat dari reaksi elektrokimia dalam bohlam.
Para ilmuwan kemudian mencatat bahwa celah fosfor tersebut ditemukan pada semua CFL yang diteliti. Mereka juga menemukan adanya UV yang dipancarkan dari lampu dalam tingkat yang signifikan. Sebuah jaringan sel kulit manusia kemudian dipaparkan pada CFL dan lampu pijar konvensonal dengan kecerahan yang sama.
Selain itu, ditambahkan pula nanopartikel titanium dioksida (TiO2) pada beberapa sel kulit. Bahan kimia ini umum digunakan dalam lotion tabir surya untuk menyerap sinar UV.
"Penelitian kami menunjukkan bahwa respon sel kulit sehat terhadap UV yang dipancarkan dari lampu CFL sama seperti kerusakan akibat radiasi sinar ultraviolet. Kerusakan sel kulit semakin meningkat ketika dosis rendah nanopartikel TiO2 diberikan ke sel-sel kulit sebelum terkena UV," kata peneliti, Miriam Rafailovich seperti dilansir Examiner.com, Minggu (22/7/2012).
Para peneliti juga menemukan bahwa cahaya lampu pijar konvensional dengan intensitas yang sama tidak akan merusak sel-sel kulit yang sehat, baik dengan atau tanpa adanya TiO2. Lampu pijar tersebut tidak memancarkan radiasi UV dalam jumlah yang signifikan.
Sebelumnya, sebuah penelitian yang dilakukan Komisi Eropa bernama Scientific Committee on Emerging and Newly Identified Health Risks (SCENIHR) di tahun 2008 telah menemukan bahwa CFL memancarkan radiasi UV. Temuan Eropa ini merekomendasikan bahwa paparan untuk jangka waktu yang lama pada jarak pendek, yaitu kurang dari 20 cm, sebaiknya ditetapkan sebagai batas aman untuk melindungi kulit dan kerusakan retina.
Laporan SCENHIR menyimpulkan bahwa memasang selubung kaca ekstra di sekitar lampu CFL dampak menghilangkan risiko paparan sinar UV. Pendapat ini juga disetujui oleh para ilmuwan dari AERTC.
"Meskipun sangat menghemat energi, konsumen harus berhati-hati saat menggunakan CFL. Penelitian kami menunjukkan bahwa pencegahan terbaik adalah menghindari penggunaannya pada jarak dekat dan lebih aman lagi bila dipasangi kaca penutup tambahan," pungkas Rafailovich.
(Sumber: http://health.detik.com/read/2012/07/22/095626/1971470/763/lampu-hemat-energi-pancarkan-radiasi-berbahaya-bagi-kulit?991104topnews)
No comments:
Post a Comment