Sutradara Steven Spielberg
Seekor lari tunggang langgang di arena pertempuran sengit antara tentara Inggris dan Jerman. Di tengah gempuran perang, ia terus melaju, menerobos, melompat, dan menerjang apa saja yang berada didepannya hingga ia akhirnya terperangkap kawat berduri. Lama ia berusaha untuk melepaskan diri dari jerat kawat tsb. Namun usahanya sia-sia karena tubuhnya dipenuhi lilitan. Melihat kejadian tsb, para tentara yang bersembunyi di balik parit, baik Inggris maupun Jerman, tertegun menghentikan aksi tempurnya. Mereka semua tertuju pada seekor kuda yang terdiam lunglai tak berdaya.
Dari balik parit muncul seorang tentara Inggris berinisiatif untuk menolongnya. Begitu juga dari pihak tentara Jerman yang siap dengan alat pemotong kawat. Mereka mendekati dan berdialog bagaimana caranya untuk menyelamatkan kuda tsb. Seusai menolong, mereka bersalaman lalu kembali menuju ke arah parit masing-masing.
Salah satu adegan yang digarap begitu menarik sekaligus menyentuh dari film"War Horse". Steven Spielberg, sang sutradara, seperti hendak memberikan gambaran bahwa ditengah kehancuran akibat perang, pada sisi tertentu manusia masih mempunyai naluri konstruktif dalam kesetiakawanan. Dalam kondisi tertentu, mereka bisa diajak bekerja sama untuk melakukan hal positif. Tidak ada lagi musuh apalagi mesin pembunuh.
"War Horse" merupakan film epik berlatar belakang sebelum dan hingga Perang Dunia I ini berbeda dengan dua film perang garapan Spielberg sebelumnya, "Schindler's List" (1993) dan "Saving Private Ryan" (1998). Kisahnya tidak hanya menyajikan pertempuran antar manusia, tetapi melibatkan seekor kuda sekaligus juga tokoh utama dalam film ini. Seekor kuda bernama Joey, mengajak berpetualang di tengah kehidupan, perjuangan, bahkan nasibnya yang tragis ditengah bencana peperangan manusia.
Diadaptasi dari novel anak-anak dengan judul yang sama karya penulis Inggris Michael Morpugo, "War Horse" adalah kisah keluarga petani ladang Ted Narracott (Peter Mullan), seorang veteran sekaligus pemabuk. Ia hidup bersama istrinya, Rose Narracott (Emily Watson), dan anak mereka yang beranjak dewasa, Albert Narracott (Jeremy Ernine). Sebagai petani, hidup mereka penuh dengan tekanan tuan tanah Lyons (David Thewlis). Tak diduga bagi Albert, ketika ayahnya pulang tengah menggandeng seekor kuda yang selama ini ia perhatikan dan kagumi.
Spielberg tidak saja piawai menggarap relasi hubungan antar manusia, tetapi manusia dengan kuda, juga antar kuda. Selama kurang lebih 40 menit dari durasi190 menit, film ini berhasil membangun proses hubungan emosional antara Albert dan Joey. Menyajikan saat kelahiran Joey hingga menjelang dewasa, bahkan melatihnya serta merawatnya.
Ritme film agak lambat tetapi efektivitasnya terasa. Sinefotografi yang dihasilkan Zanush Kaminski tersaji begitu indah dan menawan. Penonton seolah diajak menyelami gambar-gambar bak lukisan natural di atas kanvas yang menggugah emosi.
(Sumber: Pikiran Rakyat, Minggu, 1 Juli 2012)
No comments:
Post a Comment